Manchester United: Sejarah Panjang dan Kontroversi

Manchester United adalah salah satu klub sepak bola terbesar dan paling ikonik di dunia. Didirikan pada tahun 1878 dengan nama Newton Heath LYR Football Club, klub ini kemudian berubah nama menjadi Manchester United pada tahun 1902. Sejak saat itu, MU berkembang menjadi raksasa sepak bola Inggris dengan sejarah yang kaya dan basis penggemar global yang besar.

Kesuksesan di Era Sir Alex Ferguson

Manchester United mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Sir Alex Ferguson, yang menjabat sebagai manajer dari tahun 1986 hingga 2013. Di bawah asuhan Ferguson, MU memenangkan 13 gelar Liga Inggris, dua trofi Liga Champions, dan berbagai penghargaan lainnya. Ferguson terkenal dengan kemampuannya membangun tim yang kuat dan menanamkan mental juara kepada pemainnya. Ia juga dikenal karena kemampuannya untuk membentuk pemain muda berbakat, seperti Ryan Giggs, Paul Scholes, dan David Beckham.

Keberhasilan Manchester United di era Ferguson tidak hanya menjadikan mereka tim yang disegani di Inggris, tetapi juga di Eropa. Kemenangan mereka di Liga Champions pada tahun 1999 dan 2008 adalah bukti betapa dominannya klub ini di kancah sepak bola internasional. Selama periode ini, Manchester United menjadi simbol kesuksesan dan prestasi, menjadikan mereka salah satu klub paling dicintai sekaligus paling dibenci di dunia.

Kehilangan Arah Pasca Ferguson

Namun, sejak pensiunnya Ferguson pada 2013, Manchester United mengalami penurunan performa yang signifikan. Klub ini berganti manajer beberapa kali, termasuk David Moyes, Louis van Gaal, José Mourinho, dan Ole Gunnar Solskjaer. Meski beberapa manajer berhasil meraih beberapa trofi, seperti Mourinho yang memenangkan Liga Europa pada 2017, MU belum mampu kembali ke era kejayaannya di bawah Ferguson.

Performa yang tidak konsisten di Liga Inggris dan Liga Champions membuat banyak fans merasa frustrasi. Meski tetap menjadi salah satu klub paling kaya dan populer di dunia, Manchester United sering gagal memenuhi ekspektasi penggemarnya. Kegagalan ini diperparah dengan kebijakan transfer yang dianggap tidak efektif, di mana klub sering mengeluarkan uang besar untuk pemain bintang yang gagal memberikan dampak signifikan di lapangan.

Kepemilikan Keluarga Glazer

Salah satu sumber utama ketidakpuasan di kalangan penggemar Manchester United adalah kepemilikan klub oleh keluarga Glazer. Sejak mengambil alih pada tahun 2005, Glazers sering dikritik karena dianggap lebih mementingkan keuntungan finansial daripada prestasi olahraga. Demonstrasi besar-besaran dari penggemar, termasuk protes “Green and Gold” yang melambangkan dukungan untuk warna asli klub Newton Heath, telah terjadi selama bertahun-tahun. Fans menilai bahwa utang besar yang dibebankan kepada klub serta minimnya investasi di lapangan adalah alasan utama mengapa Manchester United sulit bersaing dengan klub-klub top lainnya.

Rivalitas yang Kuat

Manchester United juga dikenal memiliki rivalitas yang kuat dengan beberapa klub besar, termasuk Liverpool, Manchester City, Arsenal, dan Chelsea. Rivalitas ini semakin memperkuat kebencian dari penggemar klub lain, terutama setelah dominasi panjang MU di era Ferguson. Kekalahan Manchester United sering kali menjadi momen yang dinikmati oleh penggemar klub rival.

Harapan untuk Kebangkitan

Meskipun menghadapi banyak tantangan, MU masih memiliki potensi besar untuk bangkit. Di bawah manajer baru, Erik ten Hag, ada harapan bahwa MU dapat kembali ke jalur kesuksesan. Dengan skuad yang berisi pemain-pemain berbakat seperti Bruno Fernandes dan Marcus Rashford, serta dukungan penggemar yang setia, kebangkitan MU bukanlah hal yang mustahil.

| Baca juga: FC Barcelona Gaya Bermain Yang Ikonik

Kesimpulan

Manchester United adalah klub dengan sejarah panjang, penuh kejayaan sekaligus kontroversi. Dari puncak kejayaan di era Sir Alex Ferguson hingga periode sulit pasca pensiunnya, MU tetap menjadi salah satu klub paling terkenal dan menarik di dunia. Meski dibenci oleh banyak fans sepak bola, MU masih memiliki pengaruh besar di dunia olahraga dan terus menjadi sorotan di setiap kompetisi yang mereka ikuti.

Author: Connor Nutan